·
Surealisme, adalah sebuah aliran seni dan
kesusastraan yang menjelajahi dan merayakan alam mimpi dan pikiran bawah sadar
melalui penciptaan karya visual, puisi, dan film. Surealisme diluncurkan secara
resmi di Paris, Perancis, pada tahun 1924, ketika penulis Perancis Andre Breton
menulis manifesto pertama surealisme, mengguratkan ambisi-ambisi akan kelahiran
gerakan baru. (Breton menuliskan dua lagi manifesto surealis, pada tahun 1930
dan 1942).
Gerakan tersebut segera menyebar ke wilayah lain di Eropa, juga ke wilayah Amerika Utara dan Selatan. Di antara kontribusi-kontribusi yang paling penting dari gerakan surealis adalah penemuan teknik artistik baru yang terhubung ke alam pikiran bawah sadar seniman.
Gerakan tersebut segera menyebar ke wilayah lain di Eropa, juga ke wilayah Amerika Utara dan Selatan. Di antara kontribusi-kontribusi yang paling penting dari gerakan surealis adalah penemuan teknik artistik baru yang terhubung ke alam pikiran bawah sadar seniman.
·
Surealisme, dalam banyak karakteristik,
merupakan kelanjutan dari gerakan seni pendahulunya yang dikenal sebagai Dada,
yang didirikan di tengah berkecamuknya Perang Dunia I (1914-1918). Terhentak
oleh kenyataan kehancuran besar-besaran dan melayangnya begitu banyak nyawa
yang diakibatkan perang, motivasi-motivasi para Dadais secara kuat bersifat
politis: untuk mengejek kebudayaan, pemikiran, teknologi, bahkan seni.
Mereka percaya bahwa keyakinan apapun akan kemampuan kemanusiaan untuk mengembangkan diri melalui seni dan kebudayaan, khususnya setelah penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat perang, adalah naif dan tidak realistis.
Sebagai akibatnya, para Dadais menciptakan karya menggunakan ketidaksengajaan, kemungkinan, dan apapun yang menekankan pada irasionalitas kemanusiaan: contohnya, menulis puisi-puisi dengan serpihan-serpihan cukilan dari koran yang dipilih secara acak, berbicara dengan kata-kata tak masuk akal keras-keras, dan mendaulat obyek sehari-hari sebagai karya seni.
Mereka percaya bahwa keyakinan apapun akan kemampuan kemanusiaan untuk mengembangkan diri melalui seni dan kebudayaan, khususnya setelah penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat perang, adalah naif dan tidak realistis.
Sebagai akibatnya, para Dadais menciptakan karya menggunakan ketidaksengajaan, kemungkinan, dan apapun yang menekankan pada irasionalitas kemanusiaan: contohnya, menulis puisi-puisi dengan serpihan-serpihan cukilan dari koran yang dipilih secara acak, berbicara dengan kata-kata tak masuk akal keras-keras, dan mendaulat obyek sehari-hari sebagai karya seni.
·

Tidak ada komentar:
Posting Komentar